Sokushinbutsu (即身仏), Self-Mummification Khas Jepang

Selama ini ketika mendengar kata “Mummy/Mumi” yang terbayang dalam benak kita adalah mayat utuh dari Mesir yang tidak membusuk dan dibalut perban di seluruh tubuhnya. Namun ternyata Jepang kuno juga mempunyai mumi tersendiri dan cara memumifikasinya pun juga lain dari mumi di Mesir.



Praktek aneh ini disebut “Sokushinbutsu”, yang menyebabkan kematian sendiri dan menghasilkan mumifikasi alami bagi yang melakukannya. Belakangan diketahui bahwa yang melakukan Sokushinbutsu adalah para biarawan dan pendeta Buddha kuno.

Sokushinbutsu

Sokushinbutsu awalnya ditemukan di prefektur Yamagata, Tokyo. Ada 24 mumi biarawan yang ditemukan dan dipercaya bahwa masih banyak mumi lainnya. Sokushinbutsu awalnya dipelopori oleh seorang pendeta bernama Kuukai lebih dari 1000 tahun lalu di sebuah kuil di Gunung Koya, prefektur Wakayama. Sebagaimana yang dilansir oleh amusingplanet, Kuukai adalah pendiri dari sekte Shingon, sebuah sekte yang percaya bahwa pencerahan rohani didapat dari hukuman fisik. Mumifikasi yang sukses membutuhkan waktu lebih dari 10 tahun.

Proses mumifikasi ala Sokushinbutsu ternyata sangat sulit, dimulai dengan diet 1000 hari. Selama 1000 hari itu itu, para biksu hanya akan makan makanan tertentu yang terdiri dari kacang dan biji-bijian untuk melebur semua lemak di tubuh mereka. Lalu mereka hanya makan kulit dan akar selama seribu hari selanjutnya dan minum teh beracun yang dibuat dari getah pohon Urushi, pohon yang biasanya digunakan sebagai cat luar mangkok.

Teh beracun ini mengakibatkan muntah dan hilangnya cairan tubuh dengan cepat. Tak hanya itu, racun ini juga membuat tubuh peminumnya beracun sehingga tak akan dimakan belatung. Sampai pada tahap ini, biarawan tersebut akan mulai memumifikasi tubuhnya sendiri dengan mengunci dirinya dalam peti kubur batu yang seukuran dengan tubuhnya.

Di dalam peti kubur batu itu, dia akan bersemedi dan tidak akan bergerak lagi. Untuk berkoneksi dengan dunia luar, terdapat sebuah tabung udara untuk bernafas dan lonceng yang ditempatkan di luar peti kubur batu itu. Dia akan membunyikan lonceng itu setiap hari untuk memberi tanda pada orang di luar bahwa dia masih hidup.

Ketika lonceng berhenti berdentang, tabung udara itu dicabut dan makam disegel. Setelah peti kubur disegel, biarawan lain akan membacakan ayat suci selama 1000 hari, dan membuka kubur itu untuk melihat apakah proses mumifikasi berhasil. Dan jika mumifikasi itu berhasil, mumi sang biarawan akan dianggap sebagai Buddha.

Mumi-mumi tersebut akan dibawa dan dipertontonkan di kuil. Dikatakan bahwa mumi tersebut bola matanya. Kini Sokushinbutsu dilarang oleh pemerintah Jepang dan kini tidak ada lagi kuil Buddha Jepang yang melakukannya.

0 comments: