Menyikapi Orang Dengki, Menyikapi Perdebatan, dan Menyikapi Buruk Sangka
Menyikapi Orang Dengki
Katakanlah, yang terjadi adalah sebaliknya. Anda yang kaya, Anda yang berkarya. Saya yakin, sebagian orang akan dengki, bahkan bergunjing tentang Anda. Terus, bagaimana sebaiknya Anda bersikap?
a. Instropeksi. Tidak ada ruginya, tho?
b. Bersyukurlah. Berarti hidup Anda begitu penting baginya. Anda VIP di matanya. Keren kan?
c. Sekali lagi, bersyukurlah. Kemungkinan besar Anda seorang pemenang dan berprestasi. Lha dia? Sebaliknya! Pecundang
d. Sekali lagi, bersyukurlah. Dosa Anda berguguran. Makian tidak akan membuat Anda hina. Pujian pun tidak akan membuat Anda mulia.
e. Kalau gunjingannya benar, itu jadi ghibah. Kalau gunjingannya salah, itu jadi fitnah. Kedua-duanya adalah dosa bagi si pengunjing. Benar-benar rugi dia!
f. Dia itu konyol! Kalau Anda balik bergunjing tentang dia, berarti Anda sama konyolnya! Jangan mau!
g. By the way, ngapain dipikirin? Nggak ada untungnya, nggak ada duitnya! Mending Anda pikirkan sesuatu yang ada duitnya, ada pahalanya. Itu baru keren!
h. Dan ingat-ingatlah selalu pepatah yang keren ini, anjing menggonggong, kafilah bilang “Apaan lu!”
i. Yang penting, Anda siang-malam berusaha untuk berprestasi. Lha dia? Siang-malam berusaha mencari-cari kelemahan Anda. Siapa yang lebih keren, coba?
j. Dan tanpa sadar si pengunjing terus memperlihatkan kelemahannya. Yang digunjingin? Makin terlihat kelebihannya. Benar-benar keren! Hehehehe!
Yang penting, jangan mentang-mentang kaya, lalu Anda merasa diri superior. Sombong tuh! Takabur tuh! Jangan sampai! Orang yang hina menurut kita, bisa jadi lebih mulia di hadapan Allah. Orang yang hari ini hina menurut kita, bisa jadi besok dia mulia. Selain sombong dan takabur, kemungkinan penyakit-penyakit lainnya bagi si kaya adalah malas, boros, dan mewah-mewahan. Yah, sudah tahu begitu, ya mbok dihindari. Namun zaman sekarang, tidak jarang si miskin pun dijangkiti penyakit sombong dan malas. Ini sih kebangetan!
Menyikapi Perdebatan
Hindari debat! energi positif kita akan terhalang bahkan hilang, karena debat. Memang debat ada manfaatnya, namun lebih besaaar mudharatnya. Mu-dha-rat! Ingatlah sekali lagi, salah satu ciri pecundang itu lebih mengutamakan omongan daripada tindakan.
a. “Sesiapa yang meninggalkan perdebatan dan ia salah, maka dibangunkan sebuah rumah baginya di dasar surga. Sesiapa yang meninggalkan perdebatan dan ia benar, maka dibangunkan sebuah rumah baginya di tengah surga.” (HR Abu Dawud Tirmidzi)
b. Sebagian orang suka berdebat melalui forum, Facebook, Twitter, Blog, dan SMS. Hasil akhirnya? Tiada akhir! Semuanya berdalih, ingin nengingatkan dan menyampaikan kebenaran. Namun tetap saja, tiada akhir!
c. Menurut saya, kalau memang Anda mau memberikan pendapat dan nasihat, yah cukup berikan sekali saja. Selesai. Terserah dia, mau menerima atau tidak. Jadi, tidak berlarut-larut.
d. Kalau mau panjang-lebar? Nah, Anda tulis buku sangahan, seperti ulama-ulama terdahulu. Jadi jernih, matang, dan tidak emosional. Bukan debat kusir.
e. Satu-dua orang kadang menantang saya berdebat di Facebook dan Twitter. Dengan senang hati saya mengundang mereka ke rumah saya. Bukan apa-apa. Saya persilahkan mereka berdebat dengan tembok di rumah saya, hehehehe.
Menyikapi Buruk Sangka
Tentang berbaik-sangka telah disinggung di awal. Hendaknya kita menghindari berburuk-sangka terhadap orang lain, diri sendiri, dan Yang Maha Kuasa. Sebaliknya, berbaik-sangkalah terhadap tiga pihak ini. Positive triangle, istilahnya. Amatlah sayang jika kita telah berusaha, berdo’a, dan beramal dengan sungguh-sungguh, namun hati masih membatin, “Ya Allah, aku sudah melakukan ini dan itu, sudah bersyukur, dan sudah berbaik-sangka, tapi nasibku kok masih begini-begini saja?” Yang sebenarnya, ia belum bersyukur kepada-Nya. Kalaulah ia benar-benar bersyukur dan berbaik-sangka, mustahil ia membatin begitu.
Bahkan, gara-gara ia membatin dan berkata ‘tapi’ itu, maka berkuranglah bobot do’a dan amalnya selama ini. Mungkin saja, do’a akan terkabul dua-tiga bulan lagi. Namun, gara-gara kata ‘tapi’ itu, tertundalah semuanya. Sayang, kan? (Layaknya Anda memuji seseorang, “Mbak orangnya baik sih, tapi egois.” Lihatlah, pujian yang diiringi dengan kata ‘tapi’ itu hanya menyakitkan hati.) Saya yakin Anda sependapat dengan saya bahwa Allah itu Maha Baik dan Maha Mengetahui. Pastinya, Dia tidak pernah telat, Dia tidak pernah terburu-buru. Alih-alih begitu, Dia selalu on-time. Right? Lha sudah tau begitu, yah percayakan saja semua kepada-Nya. Tugas kita hanyalah berusaha, berdo’a, dan beramal, yang disertai dengan berbaik-sangka kepada-Nya. Cuma itu.
Created by: Muhammad Rizky Fauzi
Follow my account: @_mochrizky
About author: Admin
Hanya sekedar Yukirin-oshi. Nggak lebih.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments: